Asiknya Nge-Blog
Mengenal Sosok Humble
Guru Bloger Indonesia
“Menulis tidak perlu waktu luang tetapi
luangkan waktu untuk menulis”
Wajahnya
sungguh jauh dari kata menarik maksudnya tidak semenarik Rizky Billar, artis
fenomenal, nyentrik penuh intrik (maaf
itu kata netizen yang kontra). Nada bicaranya juga tidak sehebat motivator
Mario Teguh yang tidak seteguh kenyataan. Penampilan bodynya aduh maaf tidak
setegap pramugara, tidak selangsing peragawan namun senyumnya sungguh menawan
penuh ketulusan.
Lahir
dan besar di tengah kota metropolitan yang penuh gemerlapan tak membuatnya
blingsatan terjerumus dalam dunia hitam. Dididik dalam nuansa Betawi kental yang
menjunjung tata krama sepaket dengan kesahajaan nan sederhana. Di balik kesederhanaan ini tersimpan sejuta
ide brilian di otaknya seperti Prof. DR. B.J. Habibie. Kegigihan dan semangat
menularkan kebaikan melalui pendidikan yang harus melek digital terus
dilakukan. Merangkul semua kalangan dari berbagai profesi dengan menggemakan kata
sakti bin mandraguna “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi”.
Kata
sakti ini sangat ampuh sebagai pemantik semangat untuk giat menulis setiap
hari. Sunguh kawan, pernyataan ini bukan
sekadar pemanis, bukan sanjungan belaka, grativikasi retorika agar tulisan saya
memenangi lomba ini (edisi mengharap, hehehe).
Pria
jenius nan bersahaja itu bergelar “Guru Bloger Indonesia” ditasmiyahi/aqiqah di Jakarta, 28 Oktober
1972 dengan nama Wijaya Kusumah. Anak
Betawi campuran Sunda (semoga benar) yang mampu meraih gelar Doktor Pendidikan
program studi Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta dengan judul
desertasi “Pengelolaan Blog Kolaboratif Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Siswa”. Pendidik paling aktif menulis di SMP Lab School Jakarta hingga ribuan
tulisan dengan beragam genre ‘bergentayangan’ di ruang kompasiana.com. Ratusan karya dan prestasi berhasil ditorehkan hmm
benar-benar penulis sejati.
Entah bagaimana tiba-tiba di whatsapp saya, tim Kompasiana mengirim pesan yang berisi
tawaran untuk mengirimkan artikel atau tulisan jenis apa saja, keuntungan yang
didapat bisa menjadi anggota dan honorarium bila tulisannya dimuat. Awalnya saya
pikir ini hoakx, tipu-tipu para konten kreator mencari cuan. Nah, iseng-iseng saya ikut menulis artikel dan
mengomentari tulisan Om Jay di Kompasiana. Sebulan kemudian tidak disangka Om
Jay begitu beliau disapa mengajak bergabung untuk menulis di kompasiana melalui
aplikasi blog.
Babak baru dimulai, Om Jay sebagai guru
bloger mentrasfer ilmunya bagaimana kiat-kiat menulis di blog pribadi hingga
mengirimkan hasil tulisan di akun Kompasiana. Awal keterlibatan menulis di blog dengan mengikuti kelas belajar
menulis (BM) gelombang 25 dan 26 selama satu bulan atau 30 pertemuan. Semua
Narasumber hebat di grup BM, mengajarkan menulis resume singkat setiap pertemuan. Benar-benar
di luar dugaan saya mampu menulis 25 resume lalu semua terpajang apik di dalam
blog.
Menulis
di blog sangat besar manfaat yang saya rasakan terutama untuk siswa. Pelajaran
Bahasa Indonesia menjadi menyenangkan. Siswa antusias untuk mengumpulkan tugas
seperti menulis berita, menulis puisi, dan membuat iklan (media canva), menulis
teks prosedur, hasil pekerjaan mereka di
unggah di link blog grup. Setiap siswa harus saling mengomentari hasil tulisan
yang dikirim.
Ngomongin
Om Jay, gak ada matinya. Sejuta ilmu ia tebarkan tanpa pamrih. Buktinya dengan
ikhlas mengajak menulis dan memberi hadiah (berharap semua dapat, walau tidak
menang). Tulisan Om Jay yang paling berkesan “Menulis itu dibayar” jadi gak sia-sia
otak berpikir keras untuk menulis merangkai kata-kata. Memberi manfaat untuk
yang membaca, dan tabungan amal di akhirat kelak. Terimakasih Om Jay, Sehat
selalu.
Komentar
Posting Komentar